Senin, 27 Februari 2012

Frogs, where are you all??

Hari ini aku dapat bagian jaga stan dalam rangka kampanye Hari Katak Internasional yang jatuh tepat pada hari Kabisat 29 Februari 2012, yang disebut Leap-Day oleh orang bule, di Taman Safari Indonesia. Dari situ aku jadi ingat dulu pernah bikin tulisan yang merupakan rangkuman berbagai informasi dari beberapa sumber tentang penurunan populasi amfibi dunia. Hanya ingin berbagi informasi dan sedikit pengetahuan tentang Amfibi, jadi inilah tulisan itu.

Happy reading....


***

Penurunan Populasi Amfibi Dunia

Tercatat lebih dari 6.300 spesies amfibi di dunia. Jumlah tersebut kemungkinan masih akan terus bertambah karena hingga saat ini penelitian mengenai keanekaragaman spesies amfibi masih terus dilakukan dan spesies-spesies baru masih terus ditemukan di berbagai belahan dunia. Indonesia yang notabene merupakan salah satu negara dengan tingkat biodiversitas tinggi memiliki keanekaragaman amfibi kedua di dunia setelah Brazil yaitu sekitar 450 spesies.

Dewasa ini, keberadaan ribuan jenis amfibi tersebut semakin terancam. Sebanyak 32% amfibi dunia, yaitu sebanyak 1.856 spesies amfibi tercatat dalam daftar merah IUCN (IUCN Red List) dengan status terancam. Sejak awal kemunculannya di bumi sekitar 300 juta tahun lalu, selama dua decade terakhir, amfibi terus mengalami penurunan populasi. Jumlah spesies yang punah hingga saat ini diperkirakan mendekati angka 168 spesies sedangkan 34% spesies amfibi mengalami penurunan angka populasi. Hal ini mengindikasikan bahwa angka kepunahan spesies amfibi dan ancaman terhadap keberadaannya akan terus meningkat (amphibiaweb.org).

Tidak banyak orang yang menyadari pentingnya keberadaan amfibi di alam. Selain berperan penting dalam penyeimbang ekosistem, amfibi juga dapat berfungsi sebagai indicator kesehatan lingkungan. Dewasa ini, beberapa jenis amfibi terutama katak menjadi komoditi ekspor yang sangat menjanjikan keuntungan besar. Mengingat banyaknya fungsi dan manfaat amfibi, maka keberadaan amfibi di alam harus tetap dipertahankan.

Banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya populasi jenis amfibi di alam. Ancaman utama (90%) terhadap populasi amfibi dunia adalah kerusakan habitat. Beberapa jenis amfibi sensitif terhadap fragmentasi hutan karena mempunyai kemampuan penyebaran yang terbatas. Oleh karena itu perubahan habitat hutan seperti adanya pembalakan liar atau aktifitas lainnya dapat mengurangi kemampuan satu jenis untuk bertahan hidup.

Ancaman populasi lainnya adalah penyebaran penyakit, tekanan spesies introduksi, perubahan iklim, eksploitasi berlebihan (over exploitation), pencemaran lingkungan,  dan satu ancaman baru yaitu serangan Chytridiomycosis yang disebabkan oleh serangan jamur Batrachochytrium dendrobatidis atau lebih dikenal dengan nama jamur Chytrid. Jamur ini dapat mengakibatkan kematian besar dalam populasi amfibi karena menyerang amfibi mulai dari berudu hingga individu dewasa.

Manusia, secara langsung atau tidak langsung, adalah penyebab utama kepunahan spesies amfibi. Rusaknya habitat merupakan ancaman terbesar namun tekanan utama lainnya termasuk eksploitasi berlebihan oleh manusia seperti untuk memenuhi kebutuhan pangan, sebagai hewan peliharaan, dan obat-obatan juga memiliki tanggung jawab yang besar terhadap penurunan populasi amfibi. Ditambah lagi dengan kehadiran introduced species alias spesies pendatang yang dapat mengancam keseimbangan ekosistem yang ada. Belum lagi polusi dan penyakit. Begitu pula dengan perubahan iklim yang lambat laun menjadi ancaman yang serius karena berdampak pada timbulnya permasalahan lingkungan lainnya yang akan mengancam populasi amfibi di bumi, seperti meningkatnya radiasi sinar UV.

Beberapa hal yang dapat langsung dan sangat mungkin dilakukan untuk menyelamatkan keberadaan amfibi di muka bumi seperti yang tertuang dalam Amphibian Concervation Action Plan (ACAP) 2005 antara lain:
1.      Konservasi Ek-Situ (Pengembangan Sistem Penangkaran)
Penangkaran merupakan salah satu komponen esensial dari kesatuan usaha konservasi amfibi untuk menghindari kepunahan populasi dalam waktu dekat. Program penangkaran bagi spesies terancam punah adalah dengan mengeluarkan dari habitat alaminya dan mengembangbiakkan di dalam kebun binatang. Hasil dari program penangkaran tersebut dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian, pendidikan, perdagangan, dan unutk tujuan konservasi (reintroduksi).

2.      Reintroduksi
Program reintroduksi adalah kegiatan pengembalian spesies amfibi ke habitat alaminya dengan harapan populasi spesies tersebut dapat kembali berkembang. Harus diperhatikan bahwa spesies yang di-reintroduksi harus mampu bertahan terhadap ancaman yang mungkin timbul di habitat aslinya, sehingga spesies tersebut tetap dapat mempertahankan populasinya.

3.      Menghilangkan Invasi Spesies Asing
Spesies asing yang menginvasi populasi spesies local harus dikeluarkan dari habitat di mana spesies tersebut mengganggu perkembangan populasi spesies local

Tantangan utama dalam upaya konservasi adalah bagaimana agar manusia dapat memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus merusak keanekaragaman hayati yang terdapat di dalamnya. Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam upaya konservasi amfibi di dunia dan Indonesia khususnya. Dengan selesainya semua permasalahan yang ada, maka kekhawatiran akan kepunahan spesies amfibi dalam waktu dekat dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.


2 komentar:

  1. Saran mas, masukin kek koran saja adk....good idea.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah pernah, mas tapi gak dimuat.. hiks,,hiks,, :-(

      Hapus