Hari ini aku dapat bagian jaga stan dalam rangka kampanye
Hari Katak Internasional yang jatuh tepat pada hari Kabisat
29 Februari 2012, yang disebut
Leap-Day oleh orang bule, di Taman Safari Indonesia. Dari situ aku jadi ingat dulu pernah bikin tulisan yang merupakan rangkuman berbagai informasi dari beberapa sumber tentang penurunan populasi amfibi dunia. Hanya ingin berbagi informasi dan sedikit pengetahuan tentang Amfibi, jadi inilah tulisan itu.
Happy reading....
***
Penurunan
Populasi Amfibi Dunia
Tercatat lebih dari
6.300 spesies amfibi di dunia. Jumlah tersebut kemungkinan masih akan terus
bertambah karena hingga saat ini penelitian mengenai keanekaragaman spesies
amfibi masih terus dilakukan dan spesies-spesies baru masih terus ditemukan di berbagai
belahan dunia. Indonesia yang notabene
merupakan salah satu negara dengan tingkat biodiversitas tinggi memiliki
keanekaragaman amfibi kedua di dunia setelah Brazil yaitu sekitar 450 spesies.
Dewasa ini, keberadaan ribuan jenis amfibi tersebut semakin terancam.
Sebanyak 32% amfibi dunia, yaitu sebanyak 1.856 spesies amfibi tercatat dalam
daftar merah IUCN (IUCN Red List)
dengan status terancam. Sejak awal kemunculannya di bumi sekitar 300 juta tahun
lalu, selama dua decade terakhir, amfibi terus mengalami penurunan populasi.
Jumlah spesies yang punah hingga saat ini diperkirakan mendekati angka 168
spesies sedangkan 34% spesies amfibi mengalami penurunan angka populasi. Hal
ini mengindikasikan bahwa angka kepunahan spesies amfibi dan ancaman terhadap
keberadaannya akan terus meningkat (amphibiaweb.org).
Tidak banyak orang yang
menyadari pentingnya keberadaan amfibi di alam. Selain berperan penting dalam
penyeimbang ekosistem, amfibi juga dapat berfungsi sebagai indicator kesehatan
lingkungan. Dewasa ini, beberapa jenis amfibi terutama katak menjadi komoditi
ekspor yang sangat menjanjikan keuntungan besar. Mengingat banyaknya fungsi dan
manfaat amfibi, maka keberadaan amfibi di alam harus tetap dipertahankan.
Banyak faktor yang menjadi penyebab menurunnya populasi
jenis amfibi di alam. Ancaman utama (90%) terhadap populasi amfibi dunia adalah
kerusakan habitat. Beberapa jenis amfibi sensitif terhadap fragmentasi hutan karena
mempunyai kemampuan penyebaran yang terbatas. Oleh karena itu perubahan habitat
hutan seperti adanya pembalakan liar atau aktifitas lainnya dapat mengurangi
kemampuan satu jenis untuk bertahan hidup.
Ancaman populasi lainnya
adalah penyebaran penyakit, tekanan spesies introduksi, perubahan iklim,
eksploitasi berlebihan (over exploitation),
pencemaran lingkungan, dan satu ancaman
baru yaitu serangan Chytridiomycosis yang disebabkan oleh serangan jamur Batrachochytrium dendrobatidis atau
lebih dikenal dengan nama jamur Chytrid. Jamur ini dapat mengakibatkan kematian
besar dalam populasi amfibi karena menyerang amfibi mulai dari berudu hingga
individu dewasa.
Manusia, secara langsung
atau tidak langsung, adalah penyebab utama kepunahan spesies amfibi. Rusaknya
habitat merupakan ancaman terbesar namun tekanan utama lainnya termasuk
eksploitasi berlebihan oleh manusia seperti untuk memenuhi kebutuhan pangan,
sebagai hewan peliharaan, dan obat-obatan juga
memiliki tanggung jawab yang besar terhadap penurunan populasi amfibi. Ditambah lagi dengan kehadiran introduced species alias spesies
pendatang yang dapat mengancam keseimbangan ekosistem yang ada. Belum lagi
polusi dan penyakit. Begitu pula dengan perubahan iklim yang lambat laun
menjadi ancaman yang serius karena berdampak pada timbulnya
permasalahan lingkungan lainnya yang akan mengancam populasi amfibi di bumi,
seperti meningkatnya radiasi sinar UV.
Beberapa hal yang dapat
langsung dan sangat mungkin dilakukan untuk menyelamatkan keberadaan amfibi di
muka bumi seperti yang tertuang dalam Amphibian
Concervation Action Plan (ACAP) 2005 antara lain:
1.
Konservasi Ek-Situ (Pengembangan Sistem Penangkaran)
Penangkaran merupakan salah satu komponen esensial dari
kesatuan usaha konservasi amfibi untuk menghindari kepunahan populasi dalam
waktu dekat. Program penangkaran bagi spesies terancam punah adalah dengan
mengeluarkan dari habitat alaminya dan mengembangbiakkan di dalam kebun
binatang. Hasil dari program penangkaran tersebut dapat dipergunakan untuk
keperluan penelitian, pendidikan, perdagangan, dan unutk tujuan konservasi (reintroduksi).
2.
Reintroduksi
Program reintroduksi adalah kegiatan pengembalian spesies
amfibi ke habitat alaminya dengan harapan populasi spesies tersebut dapat
kembali berkembang. Harus diperhatikan bahwa spesies yang di-reintroduksi harus mampu
bertahan terhadap ancaman yang mungkin timbul di habitat aslinya, sehingga
spesies tersebut tetap dapat mempertahankan populasinya.
3.
Menghilangkan Invasi Spesies Asing
Spesies asing yang menginvasi populasi spesies local
harus dikeluarkan dari habitat di mana spesies tersebut mengganggu perkembangan
populasi spesies local
Tantangan
utama dalam upaya konservasi adalah bagaimana agar manusia dapat memanfaatkan
lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus merusak keanekaragaman
hayati yang terdapat di dalamnya. Dengan melakukan upaya-upaya tersebut,
diharapkan mampu untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam upaya
konservasi amfibi di dunia dan Indonesia khususnya. Dengan selesainya semua
permasalahan yang ada, maka kekhawatiran akan kepunahan spesies amfibi dalam
waktu dekat dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.